Rupiah Hari Ini Perkasa Menanti Data Ekonomi Amerika Serikat

041405400_1579686482-20200122-Penguatan-Rupiah-5

Liputan6.com, Jakarta Nilai tukar rupiah menguat di tengah investor yang mempertimbangkan data ekonomi Amerika Serikat yang dirilis beberapa waktu terakhir.

Kurs rupiah pagi ini menguat 24 poin atau 0,15 persen ke posisi 15.613 per dolar AS dibandingkan posisi pada penutupan perdagangan sebelumnya 15.637 per dolar AS.

“Dolar AS melemah dibalik sentimen turunnya tingkat imbal hasil obligasi AS,” kata analis Monex Investindo Futures Faisyal dalam kajiannya dikutip dari Antara, Kamis (8/12/2022).

Terkoreksinya tingkat imbal hasil obligasi AS dipicu oleh sikap investor yang terlihat mempertimbangkan lebih banyak data ekonomi yang dapat berdampak pada rencana kebijakan moneter The Federal Reserve di masa depan.

Data-data ekonomi akhir-akhir ini yang telah berikan gambaran yang beragam untuk ekonomi AS, mendorong beberapa investor untuk yakin bahwa suku bunga akan perlu untuk naik untuk waktu yang lebih lama di tengah The Fed yang berjuang untuk menurunkan inflasi yang masih tinggi.

Setelah menaikkan suku bunga sebesar 75 basis poin (bps) untuk empat kali beruntun, The Fed diperkirakan akan menaikkan suku bunga sebesar 50 bps pada pertemuan mereka pada Desember.

Banyak investor yang cemas terhadap laju kenaikan suku bunga yang dapat menyebabkan ekonomi AS memasuki resesi.

The Fed bertemu minggu depan untuk pertemuan terakhir tahun ini. Data layanan yang lebih kuat dari perkiraan dan laporan pekerjaan yang solid minggu lalu telah menimbulkan kekhawatiran bahwa bank sentral harus mempertahankan suku bunga pada tingkat yang lebih tinggi ini lebih lama dari perkiraan sebelumnya.

Pada Rabu (7/12) lalu, Rupiah ditutup melemah 19 poin atau 0,12 persen ke posisi 15.637 per dolar AS dibandingkan posisi pada penutupan perdagangan sebelumnya 15.618 per dolar AS.

BI Bakal Terbitkan Rupiah Digital, Bagaimana Nasib Uang Kartal?

Bank Indonesia (BI) resmi menerbitkan White Paper terkait pengembangan Central Bank Digital Currency (CBDC) Rupiah Digital  pada 30 November 2022. 

Gubernur Bank Indonesia, Perry Warjiyo menjelaskan Rupiah Digital prinsipnya sama seperti alat pembayaran lainnya, tetapi ini dalam bentuk digital. Secara fungsi, Rupiah Digital memiliki fungsi sama dengan alat pembayaran sah yang lainnya. Lantas bagaimana nasib uang uang fisik, jika Rupiah DIgital sudah meluncur?

Perry menuturkan, salah satu alasan BI meluncurkan Rupiah Digital adalah ingin melayani masyarakat. Meskipun sebagian masyarakat masih ada yang menggunakan alat pembayaran konvensional yakni menggunakan uang kertas, ada juga yang menggunakan uang elektronik seperti kartu debit maupun kredit.

“Saat ini ada masyarakat yang masih menggunakan uang kertas Rupiah sebagai pembayaran, kemudian masih ada yang menggunakan pembayaran berbasis rekening. Namun, anak cucu kita membutuhkan pembayaran digital, maka dari itu BI akan memfasilitasi dengan mengeluarkan Digital Rupiah,” kata Perry dalam acara Meniti Jalan Menuju Rupiah Digital, Senin (5/12/2022). 

Maka dari itu, Perry menekankan dengan adanya Rupiah Digital nanti sebagai alat pembayaran, bukan berarti uang kertas dan kartu debit atau pembayaran melalui elektronik wallet dihilangkan. Semuanya masih akan ada, karena BI ingin melayani semua kebutuhan masyarakat.

Terkait nasib uang fisik saat terbitnya Rupiah Digital, Asisten Gubernur Bank Indonesia serta Kepala Departemen Kebijakan Sistem Pembayaran Filianingsih Hendarta menegaskan uang fisik akan tetap ada.

“Uang fisik akan tetap ada. Kami tetap menyediakan, untuk tetap memenuhi kebutuhan masyarakat,” ujar Filianingsih 

Filianingsih menilai masyarakat punya cara berbeda dalam bertransaksi. Kaum milenial cenderung menggunakan uang digital, sementara non-milenial memakai uang fisik. Maka dari itu, BI berusaha memenuhi semua kalangan masyarakat.

Terbongkar, Alasan BI Terbitkan Rupiah Digital

Bank Indonesia (BI) telah memulai langkah awal desain Central Bank Digital Currency (CBDC) atau Rupiah Digital sebagai solusi masa depan. Gubernur Bank Indonesia, Perry Warjiyo, menyampaikan ada tiga alasan BI mengeluarkan rupiah digital.

“Pertama, karena Bank Indonesia satu-satunya lembaga negara yang berwenang mengeluarkan digital currency yang kita sebut digital rupiah, yang lain tidak sah,” kata Perry dalam Talkshow Rangkaian BIRAMA (BI Bersama Masyarakat) “Meniti Jalan Menuju Rupiah Digital”, Senin (5/12/2022).

Alasan kedua, karena Bank Indonesia ingin melayani masyarakat. Meskipun sebagian masyarakat masih ada yang menggunakan alat pembayaran konvensional yakni menggunakan uang kertas, ada juga yang menggunakan uang elektronik berupa kartu ATM debit maupun Kredit.

Namun, seiring berjalannya waktu masyarakat juga membutuhkan alat pembayaran untuk rupiah digital. Oleh karena itulah, Bank Indonesia mempersiapkan pelayanan bagi masyarakat untuk menggunakan rupiah digital.

“Bank Indonesia sebagai Bank sentral melayani masyarakat yang membutuhkan alat pembayaran digital kita siapkan dengan digitalisasi sistem pembayaran,” ujarnya.

Alasan ketiga yakni, dengan adanya rupiah digital ini bisa digunakan untuk kerjasama internasional dengan negara lain. Makannya, Bank Indonesia bekerjasama bank-bank sentral lain di dunia untuk mengembangkan CBDC.

“Karena sentral bank digital currency ini untuk bia kerjasama internasional. Makannya, Bank Indonesia bekerja sama dengan lembaga-lembaga Internasional, dengan bank-bank sentral lain mengembangkan central bank digital currency,” ujarnya.

Sinergi dengan Komunitas Bank Sentral

Dia menilai, sinergi dengan komunitas bank sentral global dan organisasi internasional juga diperlukan guna memastikan kesiapan desain Digital Rupiah untuk dapat diselaraskan dengan berbagai inisiatif pengembangan interoperabilitas transaksi antar negara.

“Alhamdulillah di G20 kemarin kita sudah sepakati pilihan-pilihan konseptor desainnya, bagaimana central bank untuk inklusi keuangan khususnya untuk kalangan milenial, dan juga bagaimana CBDC saling kerjasama internasional. Ke depannya ada konversinya, nilai tukar digital rupiah dengan mata uang negara lain yang terus kita kembangkan,” tambahnya.

Adapun sebagai langkah awal, Bank Indonesia menerbitkan White Paper terkait pengembangan Digital Rupiah pada 30 November 2022. White Paper ini merupakan pemaparan awal dari Proyek Garuda berupa desain level atas (high-level design) Digital Rupiah sekaligus sebagai bentuk komunikasi kepada publik terkait rencana pengembangan Digital Rupiah.

“Hari ini khusus untuk mempersiapkan untuk menuju Indonesia yang lebih maju, cirinya adalah digitalisasi, transformasi digital yang harus kita lakukan. Dan pada 30 November yang lalu di pertemuan tahunan Bank Indonesia kita sudah melaunching white paper project garuda digital rupiah,” ujar Perry.

White Paper ini menjelaskan konfigurasi desain Digital Rupiah yang terintegrasi dari ujung ke ujung, fitur desain Digital Rupiah yang memungkinkan pengembangan model bisnis baru, arsitektur teknologi Digital Rupiah, serta dukungan perangkat regulasi dan kebijakan terhadap implementasi desain Digital Rupiah.

Sumber : https://www.liputan6.com